Senin, 27 Oktober 2014




3. Kejahatan karena factor-faktor social yang pelakunya terdiri dari :
Penjahat kebiasaan.
a) Penjahat kesempatan,karena menderita kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik.
b) Penjahat yang karena pertama kali pernah berbuat kejahatan kecil yang sifatnya kebetulan dan kemudian berkembang melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih sering.
c) Orang-orang yang turut serta pada kejahatan kelompok seperti, pencurian-pencurian di pabrik dan lain sebagainya.

Bila kita perhatikan kategori jenis-jenis pelanggar hukum atau disebut dalam bahasa inggris Criminal, yang sementara kita alih bahaskan dengan penjahat ; maka terdapat diantarnya penjahat yang dalam melakukan kejahatannya dengan:

1. Kesadaran yang memang sudah merupakan pekerjaannya (professional criminal). Yang dapat dilakukan oleh perorangan seperti penjahat-penjahat bayaran, yang diupah untuk menganiaya atau bahkan membunuh. Atau dilakukan secara kelompok dan teratur seperti dalam bentuk kejahatan yang diorganisir (beda misalnya Donald R Cressey “Criminal Organization”,Heiniman Educational Books,London,1972)

2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut harus dilakukan sekalipun merupakan pelanggaran hokum ; yaitu penjahat yang melakukan kejahatan dengan ditimbang-timbang atau dengan persiapan terlebih dahulu.

3. Kesadaran bahwa pelaku tidak diberi kesempatan oleh masyarakat atau pekerjaan dalam masyarakat tak bias memberi hidup,sehingga memilih menjadi resdidivisi.


Berdasarkan tradisi hukum (peradilan) yang demokratis bahkan seorang yang mengaku telah melakukan suatu kejahatan ataupun tidak dipandang sebagai seorang penjahat sampai kejahatannya dibuktikan menurut proses peradilan yang telah ditetapkan.

Di Indonesia secara tegas tidak dijumpai orang yang disebut penjahat; dalam proses peradilan pidana, kita hanya mengenal secara resmi istilah-istilah : tersangka, tertuduh, terdakwa dan terhukum atau terpidana. Sedangkan kata-kata seperti penjahat, bandit, bajingan hanya dalam kata sehari-hari yang tidak mendasar pada ketentuan hukum.

A. Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah sebagai berikut ;
1. Penjahat dari kecenderungan (bukan karena bakat).
2. Penjahat karena kelemahan (karena kelemahan jiwa sehingga sulit menghindarkan diri untuk tidak berbuat).
3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan ; dan putus asa.
4. penjahat terdorong oleh harga diri atau keyakinan.

B. Pembagian menurut Seelig :
1. Penjahat karena segan bekerja.
2. Penjahat terhadap harta benda karena lemah kekuatan batin untuk menekan godaan.
3. Penjahat karena nafsu menyarang.
4. Penjahat karena tidak dapat menahan nafsu seks.
5. Penjahat karena mengalami krisis kehidupan
6. Penjahat terdorong oleh pikirannya yang masih primitive.
7. Penjahat terdorong oleh keyakinannya.
8. Penjahat karena kurang disiplin kemasyarakatan.
9. Penjahat campuran ( gabungan dari sifat-sifat yang terdapat pada butir 1 s/d 8 )

C. Pembagian menurut Capelli
1. Kejahatan karena factor-faktor psikopathologis, yang pelakunya terdiri dari

a) Orang-orang yang sakit jiwa.
b) Orang-orang yang berjiwa abnormal (sekalipun tidak sakit jiwa).

2. Kejahatan karena factor-faktor cacad atau kemunduran kekuatan jiwa dan raganya,yang dilakukan oleh :
a) Orang-orang yang menderita cacad setelah usia lanjut.
b) Orang-orang menderita cacad badaniah atau rohaniah sejak masa kanak-kanak ; sehingga sukar menyesuaikan diri di tengah masyarakatnya.

Jumat, 24 Oktober 2014




3. Teori Pasang Surut oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891)
Planet dianggap berbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka yang kemudian terkondensasi menjadi planet.

Setelah Bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet.

Teori ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-panet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu makan besarnya planet-planet ini berbeda-beda.

Namun Astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian astronom Henry Norris Rusell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

4. Teori Awan Debu oleh carl Von Weizsaeker (1940) yang Kemudian Disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950)
Tata Surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan itu mengalami ppemampatan, pada proses pemampatan tersebut partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan kemudian membentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan panas dan berpijar, bagian inilah yang menjadi matahari. Sementara bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi gumpalan yang lebih kecil, gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku kemudian menjadi planet-planet.

5.Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle (1915-2001)
Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tudak meledak dan mulai mengelilinginya.



Ada sekian banyak teori yang dicetuskan oleh para ahli, tapi ada beberapa teori yang paling dipercaya dunia internasional:

1.Teori Nebule (Teori Kabut) oleh Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere Simon de Laplace (1796)
Matahari dan planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya, karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang besar, makin mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian massa dari kabut gas pada menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang di sekeliling bagian utama kabut itu, gelang-gelang tersebut kemudian membentuk gumpalan pada, nah inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian tengah yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang sebagai matahari.

2.Teori Planetesimal oleh Ahli Geologi Thomas C. Chamberlin (1843-1928) dan Seorang Astronom Forest R. Moulton (1872-1952)
Tata Surya kita terbentuk akibbat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari.

Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar  disebut protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Kamis, 23 Oktober 2014



Kawasan kota Lama Semarang merupakan sebuah area dengan banyak bangunan atau gedung-gedung bernuansa eropa. Tempat ini terletak di pinggir kota Semarang, dekat dengan stasiun tawang serta poncol. Dulunya, kawasan kota Lama adalah area perdagangan yang ramai dan eksklusif. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya pelan-pelan kawasan itu pun ditinggalkan dan akhirnya kebanyakan gedung dan bangunan di sana tak dipakai lagi.

Alasan-alasan tersebut tak lain seperti karena kawasan tersebut mulai terkena rob. Air dari sungai tak bisa dibuang ke laut, karena terjadi penurunan tanah di kawasan kota lama, sehingga air kembali ke kota dan menggenang di sana. Alasan lainnya, seperti dikatakan di awal, karena kawasan tersebut merupakan kawasan eksklusif, biaya sewa di sana pun mahal, sehingga pelan-pelan banyak pebisnis yang keluar dari area itu. Jika bukan karena stasiun tawang atau beberapa perusahaan jasa yang ada di sana, seperti bank mandiri, asuransi, jiwa, kantor pos, gedung keuangan, kemungkinan daerah itu akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Kota Lama sebenarnya bisa menjadi objek wisata yang menarik dan indah. Apalagi di sana ada gereja Blenduk dan taman srigunting, yang menjadi salah satu ikon kawasan kota lama. Sayangnya, banyak juga gedung-gedung yang tidak terawat di area itu. Beberapa gedung bahkan terlihat tidak sedap dipandang mata. Namun meski demikian, aura sejarah dan era masa zaman Belanda masih terasa kental di sana.

Tidak rugi kalau jalan-jalan ke kawasan kota lama. Menikmati keindahan gereja Blenduk dan suasana sepi yang berdampingan dengan keramaian di tempat itu akan terasa sangat khas sekali. Beberapa ruas jalan utama di kawasan kota lama memang ramai, tetapi di gang-gangnya sepi dan bisa disusuri sambil jalan kaki. Jangan lupa bawa topi atau payung kalau jalan-jalan ke sana waktu siang. Karena Semarang waktu siang panasnya terasa menyengat.








Siapa yang tidak mengenal Lawang Sewu? Gedung tua peninggalan jaman Belanda itu merupakan salah satu ikon kota Semarang. Letaknya persis di sekitar seputaran Tugu Muda yang jadi salah satu monumen perjuangan kota Semarang. Sebelum dijadikan sebagai museum, dulunya Lawang Sewu merupakan kantor pusat perusahaan kereta api penjajah Belanda, atau lebih dikenal Nederlandsh Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS).

Lawang sewu terkenal sebagai bangunan dengan 1000 pintu. Kenyataannya, pintu-pintu itu tak sampai 1000. Istilah itu terbentuk, karena gedung ini memang memiliki banyak sekali pintu. Selain sebagai bangunan dengan 1000 pintu, Lawang Sewu juga dikenal dengan sebutan gedung ‘angker / mistis’. Persepsi ini terbentuk disebabkan sejarah Lawan Sewu sendiri yang cukup menyedihkan. Bangunan ini digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda dalam beberapa zaman, dari zaman penjajahan Belanda sampai sesudah Kemerdekaan.

Seperti cerita di atas, awalnya Lawang Sewu adalah kantor pusat kereta api yang dibangun Belanda. Kemudian, saat masa penjajahan Jepang, gedung ini menjadi saksi bisu pembantaian yang dilakukan tentara Jepang terhadap orang-orang Belanda atau pun tentara gerilyawan yang tertangkap. Setelah itu, di setelah kemerdekaan, Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api. Pihak militer sempat mengambil alih gedung ini, tapi sekarang sudah kembali lagi ke tangan PT KAI.

Sekarang, Lawang Sewu telah dipugar dan diperbagus. Catnya juga diperbaharui. Tamannya ditata, sehingga gedung lama peninggalan Belanda itu tak terlihat menyeramkan, malah indah dipandang. Tidak klop rasanya kalau datang ke Semarang tanpa mampir ke tempat-tempat wisatanya, apalagi Lawang Sewu. Di sana kita bisa merasakan nuansa mistis, sejarah, sekaligus keindahan bangunan.

Rabu, 22 Oktober 2014



Ragam hias kain tapis semakin berkembang dengan masuknya berbagai kebudayaan ke Nusantara berabad-abad silam. Motif-motif yang awalnya berupa motif di masa animisme-dinamisme, kini mendapat pengaruh dari agama Hindu, Buddha, maupun Islam. Masing-masing memberikan ciri dan memperkaya ragam hias, dengan tidak menghapus jejak ragam hias sebelumnya.

Unsur-unsur baru tersebut memperkaya ragam hias, akan tetapi unsur-unsur yang lebih dahulu ada tidak dihilangkan. Misalnya motif segi tiga tumpal yang sudah dikenal sejak periode prasejarah tetap terdapat pada ragam hias Hindu yang melambangkan Dewi sri, dewi padi dan dewi kemakmuran. Bentuk tumpal merupakan bentuk sederhana dari pucuk rebung (anak pohon bambu muda) yang melambangkan berbagai segi kekuatan yang tumbuh dari dalam, dan ada juga yang menyatakan bentuk segi tiga abstrak dari bentuk orang.

Bentuk spiral dan meander mempunyai arti sebagai perlambangan pemujaan matahari dan alam. Bentuk ragam hias pohon hayat merupakan kepercayaan yang universal, sesuai kepercayaan yang terdapat dalam agama Hindu, Budha, Kristen maupun Islam, dimana pohon hayat ini melambangkan kesatuan dan keesaan Tuhan yang menciptakan alam semesta.

Bagian kain tenun yang disulam biasanya hanya pada bagian pinggang ke bawah. Sementara sekitar 20 cm bagian atas tidak disulam karena biasanya tertutup oleh baju. Biasanya bagian ini dipakai untuk tempat mengikat pinggang sehingga kain tapis tidak melorot ketika dikenakan.

Sejak zaman dulu, tapis tidak pernah lepas dari wanita Lampung. Selain para pemakainya adalah wanita, kain tradisional khas Lampung itu juga dibuat oleh para wanita, baik para ibu rumah tangga maupun para gadis. Awalnya, kain tapis dibuat para ibu rumah tangga dan para gadis untuk mengisi waktu luang. Dengan tekun mereka menyelesaikan satu kain tapis hingga berhari-hari, bahkan sampai hitungan bulan. Pada mulanya mereka membuat kain tapis untuk kepentingan adat istiadat yang dianggap sakral.


Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional Lampung dalam menyelaraskan hidupnya baik terhadap lingkungannya maupun pencipta alam semesta. Karena itu munculnya kain tapis ini ditempuh melalui berbagai tahapan-tahapan waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.