Tampilkan postingan dengan label tempat wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tempat wisata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Oktober 2014



Kawasan kota Lama Semarang merupakan sebuah area dengan banyak bangunan atau gedung-gedung bernuansa eropa. Tempat ini terletak di pinggir kota Semarang, dekat dengan stasiun tawang serta poncol. Dulunya, kawasan kota Lama adalah area perdagangan yang ramai dan eksklusif. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya pelan-pelan kawasan itu pun ditinggalkan dan akhirnya kebanyakan gedung dan bangunan di sana tak dipakai lagi.

Alasan-alasan tersebut tak lain seperti karena kawasan tersebut mulai terkena rob. Air dari sungai tak bisa dibuang ke laut, karena terjadi penurunan tanah di kawasan kota lama, sehingga air kembali ke kota dan menggenang di sana. Alasan lainnya, seperti dikatakan di awal, karena kawasan tersebut merupakan kawasan eksklusif, biaya sewa di sana pun mahal, sehingga pelan-pelan banyak pebisnis yang keluar dari area itu. Jika bukan karena stasiun tawang atau beberapa perusahaan jasa yang ada di sana, seperti bank mandiri, asuransi, jiwa, kantor pos, gedung keuangan, kemungkinan daerah itu akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Kota Lama sebenarnya bisa menjadi objek wisata yang menarik dan indah. Apalagi di sana ada gereja Blenduk dan taman srigunting, yang menjadi salah satu ikon kawasan kota lama. Sayangnya, banyak juga gedung-gedung yang tidak terawat di area itu. Beberapa gedung bahkan terlihat tidak sedap dipandang mata. Namun meski demikian, aura sejarah dan era masa zaman Belanda masih terasa kental di sana.

Tidak rugi kalau jalan-jalan ke kawasan kota lama. Menikmati keindahan gereja Blenduk dan suasana sepi yang berdampingan dengan keramaian di tempat itu akan terasa sangat khas sekali. Beberapa ruas jalan utama di kawasan kota lama memang ramai, tetapi di gang-gangnya sepi dan bisa disusuri sambil jalan kaki. Jangan lupa bawa topi atau payung kalau jalan-jalan ke sana waktu siang. Karena Semarang waktu siang panasnya terasa menyengat.








Siapa yang tidak mengenal Lawang Sewu? Gedung tua peninggalan jaman Belanda itu merupakan salah satu ikon kota Semarang. Letaknya persis di sekitar seputaran Tugu Muda yang jadi salah satu monumen perjuangan kota Semarang. Sebelum dijadikan sebagai museum, dulunya Lawang Sewu merupakan kantor pusat perusahaan kereta api penjajah Belanda, atau lebih dikenal Nederlandsh Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS).

Lawang sewu terkenal sebagai bangunan dengan 1000 pintu. Kenyataannya, pintu-pintu itu tak sampai 1000. Istilah itu terbentuk, karena gedung ini memang memiliki banyak sekali pintu. Selain sebagai bangunan dengan 1000 pintu, Lawang Sewu juga dikenal dengan sebutan gedung ‘angker / mistis’. Persepsi ini terbentuk disebabkan sejarah Lawan Sewu sendiri yang cukup menyedihkan. Bangunan ini digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda dalam beberapa zaman, dari zaman penjajahan Belanda sampai sesudah Kemerdekaan.

Seperti cerita di atas, awalnya Lawang Sewu adalah kantor pusat kereta api yang dibangun Belanda. Kemudian, saat masa penjajahan Jepang, gedung ini menjadi saksi bisu pembantaian yang dilakukan tentara Jepang terhadap orang-orang Belanda atau pun tentara gerilyawan yang tertangkap. Setelah itu, di setelah kemerdekaan, Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api. Pihak militer sempat mengambil alih gedung ini, tapi sekarang sudah kembali lagi ke tangan PT KAI.

Sekarang, Lawang Sewu telah dipugar dan diperbagus. Catnya juga diperbaharui. Tamannya ditata, sehingga gedung lama peninggalan Belanda itu tak terlihat menyeramkan, malah indah dipandang. Tidak klop rasanya kalau datang ke Semarang tanpa mampir ke tempat-tempat wisatanya, apalagi Lawang Sewu. Di sana kita bisa merasakan nuansa mistis, sejarah, sekaligus keindahan bangunan.

Kamis, 09 Oktober 2014




Hal pertama yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata Gua Kreo adalah... Monyet. Eh..., eh, saya tidak bermaksud untuk mengejek atau menghina, atau.. ehm... mengumpat. Tapi memang benar saya keingetan dengan monyet. Memang di wilayah sekitar Gua Kreo ini kita bisa menjumpai begitu banyak ratusan monyet yang sudah ada bahkan semenjak jaman para sunan.

Nama Kreo pada Gua Kreo memiliki arti ‘jagalah’ atau ‘peliharalah’ yang berasal dari kata mangreho. Hal ini tak bisa lepas dari Legenda mengenai Sunan Kalijaga dan para monyet yang ada di sana. Jadi ceritanya, pada waktu itu Sunan Kalijaga sedang mencari kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Dalam perjalanan tersebut sang Sunan bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian beliau suruh untuk menjaga kayu jati yang dibawanya. Maka dari itulah, area tempat tersebut pun akhirnya menjadi bernama Gua Kreo.

Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Untuk mencapai mulut Gua, kita diharuskan melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Selama di perjalanan menuju mulut gua, kita menikmati pemandangan indah di sekitar sekaligus bercanda dengan para monyet. (Iya, itu kalau memang bisa disebut bercanda). Di sini terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. 

Memang, monyet-monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet yang ada di sini termasuk monyet yang cukup jinak, dan bisa bergaul dengan warga di sekitar Goa Kreo. Namun, tetaplah berhati-hati dengan mereka, terutama ketika mereka meminta makanan. Salah-salah, bisa-bisa barang-barang kita diambil oleh monyet-monyet ini. Sebaiknya saat bersiwata kemari, jangan mengenakan sesuatu yang terlalu mencolok, terutama perhiasan.

Selain menikmati keindahan alam serta berteman (iya kali berteman) dengan para monyet, kita bisa melihat seperti apa waduk jatibarang dari tempat tersebut. Waduk ini baru saja selesai dibangun dan bisa menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi.

Selasa, 07 Oktober 2014



Magetan yang tenang dan jarang terdengar geliatnya. Tak disangka, kabupaten tersebut menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah zaman dulu. Peninggalan-peninggalan tersebut ditemukan di desa Kepolorejo Kecamatan Kota Magetan, di desa Cepoko Kecamatan Panekan. Di makam Sonokeling desa Kepolorejo Kecamatan Kota Magetan terdapat sebuah makam yang membujur kearah utara selatan. Batu nisan sebelah berukuran lebar 34 cm, tebal 26 cm, tinggi 66 cm yang bahannya terbuat dari batu andezit dimana bentuk tulisannya diperkirakan berasal dari sekitar abad 9.

Di dukuh Sadon desa Cepoko kecamatan Panekan terdapat Kalamakara dengan reruntuhan batu lainnya yang bahannya juga dari batu andezit. Berdasarkan hal tersebut terdapat kemungkinan dipersiapkannya pendirian bangunan candi. Pada reruntuhan batu yang terletak dibawah makara terdapat tulisan yang tidak terbaca karena sudah rusak, dari bentuk tulisannya dapat diperkirakan bahwa peninggalan tersebut dari jaman Erlangga (Kediri). Reruntuhan tersebut oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama Dadung Awuk.

Ditempat lain juga terdapat peninggalan-peninggalan yang lain seperti di puncak gunung Lawu wilayah kabupaten Magetan yaitu peninggalan yang berbentuk Pawon Sewu (candi pawon) atau punden berundak yang diperkirakan sebagai hasil budaya jaman Majapahit. Demikia juga di lereng gunung Lawu terdapat peninggalan candi Sukuh dan candi Ceto. Adanya peninggalan-peninggalan tersebut sesuai dengan perkembangan di akhir kerajaan Majapahit, dimana waktu itu banyak rakyat dan kalangan keraton yang meninggalkan pusat kerajaan dan pergi ke gunung-gunung dalam usaha mempertahankan kebudayaan dan agama Hindu termasuk gunung Lawu kabupaten Magetan.

Dengan data-data tersebut diatas penting sekali bahwa warisan-warisan leluhur dan latar belakang sejarah Kabupaten Magetan itu terus dipepetri sehingga tetap mempunyai nilai, arti dan jiwa pendorong semangat demi suksesnya pembangunan yang semakin berkembang.

Senin, 06 Oktober 2014



Siapa sih yang tidak kenal cokelat? Makanan yang diolah dari biji kakao ini sangat terkenal dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Hampir semua orang suka dengan cokelat. Hampir semua, lho, tidak semua. Makanan yang satu ini memang jadi favorit orang-orang, terutama anak-anak. Selain bisa dicampur di beberapa makanan, manisnya juga disukai oleh anak-anak. Padahal, nyatanya, cokelat asli itu rasanya pahit sekali, lebih pahit dari brotowali kali ya. Dark cokelat yang 80% mengandung kakao saja tidak bisa dimakan secara langsung karena rasa pahitnya yang luar biasa. (Iyalah, lha wong itu, kan, harus diolah lagi untuk bisa dimakan).

Cokelat memiliki beragam macam khasiat. Sekarang tidak hanya dipakai untuk makanan saja, tetapi juga menjadi campuran dalam produk-produk kecantikan yang bisa dipakai oleh kaum hawa dengan bau harum cokelat yang memikat. Nah, olahan-olahan cokelat ini, entah itu makanan atau produk kecantikan mungkin sudah biasa kita temui. Tapi, pernahkah kalian mendengar nama rumah cokelat? Jangan bilang kalau itu cuma rumah yang dicat warna cokelat.

Nggak! Bukan itu maksudku. Tapi, benar-benar rumah cokelat, rumah yang menyediakan berbagai jenis penganan dari cokelat dan kebanyakan cokelat yang dibuat itu dark cokelat. Bagi kalian yang tidak suka dengan cokelat yang terlalu manis, yang beredar di pasaran, kalian mungkin bisa mencoba cokelat-cokelat yang disediakan di rumah cokelat. Variasinya ada banyak, kok. Mulai dari cokelat berisi kacang almond, cokelat rasa durian, green tea, jahe, ada banyak rasanya dan yang paling penting, rasa manisnya pas! Tidak terlalu manis.



Selain cokelat, rumah cokelat yang bertempat di kawasan pleburan barat itu pun ternyata juga buka kafe dengan menu-menu restoran ala barat, juga ada cake dan es krim yang bisa kita cicipi. Harga untuk makanannya bervariasi, atara 10 ribu sampai 20 ribu. Untuk makanan baratnya, berkisari antara 20 – 40 ribuan, sedangkan minumannya ada di atas 10 ribuan. Bisa dibilang, harganya lumayan bersaing dengan rasa yang tidak kalah dengan restoran lainnya.