3. Masyarakat
Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak mempunyai hutan, itulah yang
dikatakan Presiden Bambang Yudhoyono. Departemen Kehutanan mengemukakan bahwa
kerugian negara per hari mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari kerusakan hutan
akibat penebangan liar. Berapakah kerugian jika semua faktor dan penyebabkan
kerugian kita hitung?
4. Hutan
sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua mahluk di bumi tidak bisa
menjalankan fungsinya mendaur ulang karbondioksida. Karbondioksida di udara
semakin tinggi menyebabkan efek gas rumah kaca.
5. Pengertian
dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan yang tidak dapat
dipisahkan dengan yang lain. Jika salah satu komponen hutan di rusak, akan
berpengaruh terhadap komponen ekosistem yang lain. Hubungan keterkaitan antara
struktur dan fungsi di dalam ekosistem berjalan dalam keseimbangan yang
harmonis, tetapi bila struktur hutan menjadi rusak, akibat dan dampaknya akan
mempengaruhi fungsi hutan itu sendiri.
Kerusakan
tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan di darat, namun berdampak pada
kerusakan ekosistem di laut juga. Akibat kerusakan hutan terjadi erosi dan
banjir membawa sedimen ke laut yang merusakan ekosistem laut. Ikan dan Terumbu
karang sebagai mahluk hidup diperairan mendapat akibat dari aktivitas
pengrusakan di darat. Kerusakan seperti ini sangat dirasakan oleh pulau-pulau
kecil di Indonesia, dengan ciri daerah das yang pendek dan topografi yang curam
sangat cepat pengaruhnya terhadap lingkungan laut.
6. Bila
pohon-pohon di pesisir pantai ditebang maka tidak ada lagi perlindungan bagi
kawasan pantai. Salah satu fungsi hutan mangrove maupun hutan pantai adalah
menjaga daerah pantai dari hempasan ombak laut. Ombak laut yang menerjang
pesisir pantai, dapat menyebabkan abrasi pantai.
7. Air laut
dapat meresap sampai ke darat jika hutan-hutan pesisir seperti hutan mangrove
dan hutan pantai dirusak. Ditambah “penambangan” air sebagai kebutuhan hidup
rumah tangga yang menyedot terus persediaan air tanah tanpa adanya keseimbangan
infiltrasi dari air hujan yang jatuh.