Ragam hias kain tapis semakin berkembang dengan masuknya berbagai kebudayaan ke Nusantara berabad-abad silam. Motif-motif yang awalnya berupa motif di masa animisme-dinamisme, kini mendapat pengaruh dari agama Hindu, Buddha, maupun Islam. Masing-masing memberikan ciri dan memperkaya ragam hias, dengan tidak menghapus jejak ragam hias sebelumnya.
Unsur-unsur baru tersebut memperkaya ragam hias, akan
tetapi unsur-unsur yang lebih dahulu ada tidak dihilangkan. Misalnya motif segi
tiga tumpal yang sudah dikenal sejak periode prasejarah tetap terdapat pada
ragam hias Hindu yang melambangkan Dewi sri, dewi padi dan dewi kemakmuran.
Bentuk tumpal merupakan bentuk sederhana dari pucuk rebung (anak pohon bambu
muda) yang melambangkan berbagai segi kekuatan yang tumbuh dari dalam, dan ada
juga yang menyatakan bentuk segi tiga abstrak dari bentuk orang.
Bentuk spiral dan meander mempunyai arti sebagai
perlambangan pemujaan matahari dan alam. Bentuk ragam hias pohon hayat
merupakan kepercayaan yang universal, sesuai kepercayaan yang terdapat dalam
agama Hindu, Budha, Kristen maupun Islam, dimana pohon hayat ini melambangkan
kesatuan dan keesaan Tuhan yang menciptakan alam semesta.
Bagian kain tenun yang disulam biasanya hanya pada
bagian pinggang ke bawah. Sementara sekitar 20 cm bagian atas tidak disulam
karena biasanya tertutup oleh baju. Biasanya bagian ini dipakai untuk tempat
mengikat pinggang sehingga kain tapis tidak melorot ketika dikenakan.
Sejak zaman dulu, tapis tidak pernah lepas dari wanita
Lampung. Selain para pemakainya adalah wanita, kain tradisional khas Lampung
itu juga dibuat oleh para wanita, baik para ibu rumah tangga maupun para gadis.
Awalnya, kain tapis dibuat para ibu rumah tangga dan para gadis untuk mengisi
waktu luang. Dengan tekun mereka menyelesaikan satu kain tapis hingga
berhari-hari, bahkan sampai hitungan bulan. Pada mulanya mereka membuat kain
tapis untuk kepentingan adat istiadat yang dianggap sakral.
Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan
tradisional Lampung dalam menyelaraskan hidupnya baik terhadap lingkungannya
maupun pencipta alam semesta. Karena itu munculnya kain tapis ini ditempuh
melalui berbagai tahapan-tahapan waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik
tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat.